Friday 26 December 2014

LAYANAN PERPUSTAKAAN KHUSUS



LAYANAN PERPUSTAKAAN KHUSUS

oleh muhammad ali akbar jurusan ilmu perpustakaan fakultas adab Uin raden fatah palembang
PERPUSTAKAAN KHUSUS
A.    Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi-koleksi perpustakaan yang khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan suatu lembaga dan instansi. Menurut Suhstyo-Basuki (1991:49) “Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselengarakan oleh sebuah dapartemen, lembaga, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri maupun perusahaan swasta”. Adapun tugas dari perpustakaan khusus adalah melayani keperluan badan tersebut dengan menyediakan koleksi buku untuk para ahli dan penelitian yang tergabung pada badan tertentu dan memberi keterangan biografi yang cepat dan tepat serta mengadakan penelusuran literatur atas permintaan.
B.     Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus            
Fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai pusat referensi dan penelitian serta memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang bersangkutan. Juga melaksanakan pembinaan perpustakaan dan membantu pembinaan teknis pengelolaan perpustakaan. Menurut Soetminan (1992:28) “Fungsi perpustakaan khusus adalah seabagai pusat referal dan penelitian serta untuk memperlancar pelaksanaan tugas instansi yang bersangkutan. Sedangkan tugas perpustakaan khusus adalah melayani suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki kesamaan dalam kebutuhan dan minat terhadap bahan pustaka dan informasi”.
            Tujuan perpustakaan khusus adalah untuk mendapatkan, mengumpulkan, dan menyajikan segala bentuk informasi yang ada hubungannya dengan suatu subjek yang dapat digunakan oleh departemen atau instansi yang bersangkutan. Untuk membantu tugas badan induk tempat perpustakaan itu bernaung. Sehubungan dengan masyarakat yang dilayani, maka tujuannya adalah memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan agar dapat dimanfaatkan dan mendayagunakan bahan koleksi rujukan sesuai dangan jenis layanan yang ada di perpustakaan.[1]

KUALITAS LAYANAN & PELAYANAN PENGGUNA
A.    Kualitas Layanan
Agar pengguna merasa puas, maka layanan pengguna perpustakaan harus berkuaitas. Karakteristik layanan pengguna berkualitas dapat dilihat dari segi:
1. Koleksi
a.       Kuantitas, berkaitan dengan banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
b.      Kualitas, berkaitan dengan mutu, kemutakhiran, kelengkapan koleksi.
2. Fasilitas
a.       Kelengkapan, menyangkut lingkup layanan dan ketersediaan sarana pendukung serta layanan pelengkap lainnya.
b.      Kenyamanan memperoleh layanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan, petunjuk, ketersediaan informasi, kebersihan dan lain-lain.
3. Sumber daya manusia
a.       Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberi layanan, terutama bagi petugas yang berinteraksi langsung dengan pengguna.
b.      Tanggung jawab dalam melayani pengguna perpustakaan.
c.       Empati, wajar dan adil dalam memecahkan masalah dan menangani keluhan pengguna.
d.      Profesinal. Profesionalisme petugas perpustakaan di bagian layanan pengguna tercermin dalam diri petugas yang berjiwa “Smart”, yaitu siap mengutamakan pelayanan, menyenangkan dan menarik, antusiaa/bangga pada profesi, ramah dan menghargai pengguna jasa, tabah ditengah kesulitan masyarakat (Mustofa, 2003).
4. Layanan Pengguna
a.       Ketepatan waktu layanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
b.      Akurasi layanan, berkaitan dengan layanan yang meminimalkan kesalahan.
c.       Kemudahan mendapatkan layanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani, fasilitas pendukung seperti komputer.[2]
B.     Pelayanan Pengguna
Secara umum layanan pengguna didefinisikan sebagai akti­­fitas  perpustakaan  dalam  memberikan  jasa layanan kepada peng­gu­na perpustakaan, khususnya kepada anggota perpustakaannya. [3]
Menurut Zharq, pada prinsipnya semua kegiatan yang dilakukan di perpustakaan ditujukan untuk pemakai perpustakaan. Kegiatan perpustakaan merupakan kegiatan layanan atau jasa, yang dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok layanan, yaitu layanan teknis dan layanan pemakai. Yang dimaksud dengan layanan teknis, adalah kegiatan back office perpustakaan, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan persiapan penyajian bahan pustaka pada pemakai, seperti kegiatan pengadaan dan pengolahan bahan pustaka. Setelah bahan pustaka selesai diolah maka bahan pustaka siap disajikan kepada pemakai, agar dapat digunakan baik untuk dibaca ditempat, dipinjam, difotokopi atau sebagai informasi rujukan. Dalam hal ini yang menanganinya adalah kegiatan layanan pemakai atau layanan front office perpustakaan, yaitu layanan yang berhubungan langsung dengan pemakai (selanjutnya disebut layanan perpustakaan).[4]
Jumlah  jenis atau macam layanan pengguna perpustakaan  yang dapat  diberikan kepada pengguna perpustakaan sesungguh­nya  cukup banyak. Namun semua layanan tersebut penyelengga­raannya  haruslah  disesuaikan  dengan  kondisi tenaga  perpusta­kaan  dan  kebutuhan  penggunanya.  Macam layanan pengguna tersebut antara  lain  dapat disebutkan sebagai berikut:
1.    layanan sirkulasi
2.    layanan referens
3.    layanan pendidikan pemakai
4.    layanan penelusuran informasi/literature
5.    layanan penyebarluasan informasi terbaru
6.    layanan penyebaran informasi terseleksi
7.    layanan penerjemahan
8.    layanan fotokopi (jasa reproduksi)
9.    layanan anak
10.layanan remaja
11.layanan kelompok pembaca khusus
12.layanan perpustakaan keliling
13.  Pameran
14.Membuat Analisis Kepustakaan (Review; Resensi; Informasi Teknis)
15.Statistik Perpustakaan
16.Penyuluhan Mengenai Perpustakaan
17.  Publisitas. dan lain-lain.
Sekian banyak jenis layanan tersebut, maka dapat diintegrasikan menjadi layanan sirkulasi dan layanan refrensi. Jenis layanan ini dijelaskan Pada artikel online,[6] yang menjelaskan pelayanan pengguna, sistem layanan, dan jenis layanan, berikut:
Pelayanan pengguna/ layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap perpustakaan. Bagian layanan berhubungan secara langsung dengan pemakai dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaran perpustakaan. Oleh karena itu dari meja layanan akan dikembangkan gambaran dan citra perpustakaan, sehingga seluruh kegiatan perpustakaan akan diarahkan dan terfokus kepada bagaimana memberikan layanan yang baik sebagaimana
dikehendaki oleh masyarakat pemakai.
            Menurut Zulfikar Zen (2006:90) “Layanan yang baik adalah layanan yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai”. Baik buruknya citra perpustakaan juga ditentukan bagian ini. Oleh karena itu setiap perpustakaan selalu berupaya penuh guna memuaskan pemakai perpustakaan tersebut.
a.      Sistem Layanan
Pengertian layanan perpustakaan berkembang dari waktu ke waktu, hal ini sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia terhadap informasi. Saat ini perpustakaan secara aktif dan bahkan proaktif selalu menawarkan segala bentuk koleksi yang dimiliki kepada masyarakat yang dilayaninya. Penerapan suatu system layanan di perpustakaan dimaksudkan agar proses pemberian jasa layanan dapat berlangsung tertib, teratur dan cepat tanpa ada hambatan. Sistem layanan perpustakaan merupakan mata rantai rangkain kegiatan yang terdiri atas beberapa subbagian saling berhubungan satu sama lain Zulfikar Zen (2006 : 52-53).
Menurut Darmono (2001 : 134), bahwa definisi layanan perpustakaan adalah “Suatu layanan yang menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”. Dengan kata lain tujuan layanan perpustakaan adalah cara untuk mempertemukan pembaca (pemakai) dengan bahan pustaka yang mereka minati dan membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi hakikat layanan perpustakaan adalah penyediaan segala bentuk informasi kepada pemakai dan penyediaan segala alat bantu penelusurannya.
Menurut Darmono (2001 : 135) untuk menghindari terjadinya kegiatan yang pasif – statis dalam aspek kegiatan layanan perpustakaan, maka kegiatan layanan perpustakaan perlu memperhatikan azas layanan sebagai berikut :
1. Selalu berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai perpustakaan.
2. Layanan diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang perpustakaan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dipandang secara individual.
3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan.
4. Layanan dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor kecepatan, ketepatan, dan kemudahan dengan didukung oleh administrasi yang baik.
Secara umum, sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu layanan yang bersifat tertutup dan layanan perpustakaan yang bersifat terbuka. Menurut Darmono (2001 : 137) Pemilihan sistem layanan terbuka dan tertutup tergantung dari beberapa faktor seperti :
1. Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan.
2. Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi.
3. Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai, dan jumlah koleksi
4. Luas gedung perpustakaan
5. Rasio antara layanan dengan jumlah staf perpustakaan. Setiap layanan memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing.
Menurut Darmono (2001 : 137) berikut ini adalah beberapa penjelasan dari masing-masing layanan tersebut. Sistem layanan terbuka adalah system layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan, dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi perpustakaan. Kelebihan sistem layanan terbuka adalah :
1. Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi.
2. Pemakai dilatih untuk dapatdipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3. Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternative lain jika yang dicari tidak ditemukan.
4. Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.
Kelemahan sistem layanan terbuka adalah :
1. Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika pengguna melakukan pencarian buku yang diinginkan, buku yang sudah dicabut dari jajaran rak dikembalikan lagi oleh pemakai secara tidak tepat.
2. Ada kemungkinan buku yang hilang relative lebih besar bila dibandingkan dengan sistem tertutup.
3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar pengguna lebih leluasa dalam mencari koleksi perpustakaan.
4. Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil sendiri bahan pustaka dari jajaran koleksi tidak menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka seperti perobekan bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.
Sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka diperpustakaan.
Kelebihan sistem layanan tertutup adalah :
1. Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi
2. Kemungkinan terjadinya kehilangan atau perobekan bahan pustaka dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakuakan akses langsung ke jajaran koleksi
3. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas petugas di jajaran koleksi relative rendah
4. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.
Kelemahan sistem layanan tertutup adalah :
1. Dalam menemukan bahan pustaka pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman
2. Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang telah dipilih, tetapi bahan pustaka tersebut yang dimaksud oleh pemakai perpustakaan.
3. Jika peminjam cukup banyak, dan petugas perpustakaan relative terbatas hal
ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama.
b.      Jenis Layanan
Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan khusus harus dapat memberikan layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap semua pemakai perpustakaan. Prinsip pelayanan yang dilaksanakan harus mengacu pada sistem manajemen mutu dan pelayanan prima yaitu mendudukkan kepuasan konsumen sebagai tujuan / sasaran perpustakaan. Berikut ini merupakan jenis layanan perpustakaan beserta penjelasannya menurut beberapa para ahli perpustakaan.

1). Layanan Sirkulasi
Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaran Perpustakaan Khusus (1999 : 37) “Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan”. Pelayanan ini ditujukan agar pengguna perpustakaan dapat meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan yang ada perpustakaan.
Menurut Darmono (2001: 141) layanan sirkulasi atau layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka adalah ”Satu kegiatan di perpustakaan yang melayani peminjaman dan pengembalian buku.” Layanan pengembalian dan peminjam bahan pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan hampir semua perpustakaan. Sedangkan menurut Zulfikar Zen (2006 : 93) layanan sirkulasi adalah “Kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya.” Menurut Darmono (2001 : 144) bagian layanan sirkulasi mempunyai tugas melayani pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal berikut ini:
1. Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan.
2. Pendaftaran anggota perpustakaan
3. Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
4. Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan pinjaman
5. Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan pinjaman
6. Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota
7. Membuat statistik sirkulasi
8. Penataan koleksi di jajaran / rak
Adapun kegiatan kerja yang dilaksanakan layanan sirkulasi adalah keanggotaan, peminjaman, perpanjangan, denda (sanksi) dan bebas pustaka.
1. Keanggotaan
Pendaftaran anggota adalah salah satu tugas layanan sirkulasi. Setiap perpustakaan harus menentukan siapa yang boleh dan berhak menjadi anggota perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga menentukan persyaratan apa saja yang perlu dipenuhi oleh pengguna untuk menjadi anggota perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan melakukan pencatatan keanggotaan dalam pendaftaran anggota dan membuat kartu anggota yang digunakan untuk melaksanakan peminjaman. Menurut Martoatmodjo (1994 : 4), kegunaan dari pendaftaran anggota adalah sebagai berikut :
1. Mengukur daya guna perpustakaan bagi mereka yang dilayaninya.
2. Mengukur kedudukan sosialnya dengan jalan mengetahui sejumlah buku yang dipinjam oleh para pembaca.
3. Mengetahui golongan peminjam untuk mengetahui pula kebutuhan
pengguna, dapat digunakan sebagai data perbandingan dengan perpustakaaan lain.
2. Peminjaman
Menurut Syahrial - Pamundjak (2000 : 97) yang dimaksud dengan “Peminjaman adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan”. Salah satu penyelenggara administrasi peminjaman adalah dengan menggunakan kartu buku. Untuk itu setiap buku di beri kartu buku, dimana tercatat tanda buku, nama pengarang, judul, dan nomor buku induk. Kartu buku ini tersimpan dalam kantong buku yang disediakan. Jika ada orang yang sedang meminjam buku , maka buku dan kartu bukunya serta kartu anggota diserahkan kepada petugas sirkulasi, kemudian petugas sirkulasi melakukan tiga tindakan:
1. Nomor anggota dan tanggal pengembalian dicatat pada kartu buku
2. Tanda buku dan tanda pengembalian dicatat pada kartu anggota
3. Tanggal pengembalian dicatat pada buku yang telah disediakan.
Syahrial - Pamuntjak (1968:62) “Karena dengan adanya kartu peminjaman maka dapat diketahui berapa banyak pengguna perpustakaan yang aktif dan berapa banyak pengguna yang tidak aktif”. Kartu peminjaman ini juga mencegah hilangnya bahan pustaka yang dipinjamkan serta mengetahui siapa peminjamnya”. Untuk menghindari kesalahan peminjaman, maka perlu dilakukan pencatatan terhadap bahan pustaka yang dipinjam. Pada suatu perpustakaan cara pencatatan peminjaman buku dipilih dengan situasi dan kondisi perpustakaan tersebut. Salah satu cara untuk menyelenggarakan peminjaman adalah dengan menggunakan kartu buku. Selain dengan menggunakan sistem kartu buku, masih ada sistem lain yang dapat digunakan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991 : 260), sistem peminjaman dapat dibedakan antara lain:
1. Sistem buku besar
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Sistem buku besar ini menganut register, artinya setiap peminjaman mendapat jatah satu halaman atau lebih dalam buku besar, disertai indeks nama peminjam”.
2. Sistem sulih (Dummy)
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Sistem sulih atau dummy terbuat dari karton sebagai substitusi buku tatkala buku dipinjam,ditulis pada selembar kertas yang ditempelkan pada halaman sulih. Lembar tersebut berisi nama peminjam, nomor panggil, dan tanggal peminjaman’’.
3. Sistem NCR (No carbon required)
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Pada sistem ini peminjam perlu mengisi formulir peminjaman, lengkap dengan nama, alamat, nama pengarang, judul, nomor klasifikasi, dan nomor induk pada formulir peminjaman’’.
4. Sistem BIC (Book Issue Card)
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Sistem BIC Banyak digunakan di perpustakaan sekolah’’.
5. Sistem Islington (Variasi Brown)
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Setiap anggota memperoleh satu kartu plastik, dibagian atas tertulis nama dan alamatnya dalam huruf timbul’’.
6. Sistem Newark
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Sistem Netwark menggunakan kartu buku, termasuk didalamnya nomor panggil, pengarang, judul, nomor induk serta kolom untuk tanggal harus kembali, dan nama peminjam’’.
7. Sistem Token Charging Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “Token artinya semacam kartu berisi tanda pengenal perpustakaan terbuat dari karton berukuran 4 x 6 cm”.
8. Sistem Kartu Tebuk
Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “bila anggota ingin meminjam buku maka petugas bagian sirkulasi mengambil kartu tebuk yang telah diberi tanggal dilakukan dengan stempel serta dengan alat tebuk’’.
9. Photocharging atau meminjam berbasis sistem photo Menurut Sulistyo-Basuki (1991:260), “pada waktu meminjam buku anggota harus menunjukkan kartu anggota. Petugas membuka label buku kemudian menempatkannya diatas plat mesin photocharging’’. Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 74), berdasarkan jangka waktunya, cara peminjaman bahan pustaka dibedakan menjadi tiga macam:
1. Peminjaman biasa, misalnya 1 minggu sampai dengan 2 minggu.
2. Peminjaman jangka pendek, misalnya 1 hari sampai dengan 3 minggu.
3. Peminjaman jangka panjang, misalnya 1 bulan sampai 1 semester.
3. Pengembalian
Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 81) “Buku yang dipinjamkan kepada pengguna harus kembali pada waktunya dan petugas juga harus melihatkeadaan buku tersebut rusak maka peminjam harus memperbaiki atau menggantinya’’.
Ada dua cara pengembalian yang biasa dilakukan perpustakaan.
1. Pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikan ke meja layanan
2. Pengguna mengembalikan buku dengan memasukkannya kedalam kotak pengembalian.
Langkah kerja yang dilakukan oleh petugas dalam prosedur pengembalian bahan pustaka adalah sebagai berikut :
a) Pengguna datang sendiri ke bagian pelayanan sirkulasi untuk menyerahkan bahan pustaka yang akan dipinjam.
b) Petugas menerima dan memeriksa keutuhan serta tanggal pengembalian pada lembar tanggal pngembalian.
c) Petugas mengambil kartu buku dari kotak kartu buku ayas dasar tanggal kembali yang tertera pada lembar tanggal.
d) Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas dasar nomor anggota yang tertera pada lembar tanggal dan kartu buku.
e) Petugas membubuhkan stempel tanda kembali pada kartu buku, lembar tanggal dan kartu peminjaman.
f) Petugas mengembalikan kartu buku pada catalog kartu buku dan kartu peminjaman pada kotak kartu peminjaman.
g) Petugas mengelompokkan bahan pustaka, yang rusak dikembalikan ke rak atau dikirim kebagian pemeliharaan koleksi. Apabila koleksi rusak tidak diperbaiki di usulkan untuk disiangi.
4. Perpanjangan
Perpanjangan dapat diberikan jika tidak ada pengguna lain yang memesan bahan pustaka itu. Perpanjangan hanya dapat di lakukan dua kali saja yang di lakukan petugas perpustakaan untuk memperpanjang bahan pustaka yaitu dengan mencatat pada kartu dan slip pengembalian dengan cara menstempel tanggal kembali yang baru, lalu memberikan buku tersebut kepada peminjam.
Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Depdikbud ( 2004 : 83 ) prosedur perpanjangan waktu peminjaman di lakukan dengan cara:
1. Pengguna membawa buku yang di pinjam ke meja layanan.
2. Petugas memeriksa formulir penempaham.
3. Jika tidak ada menempah, petugas membubuhkan tanggal yang baru
4. Pada kartu pinjaman dan girik buku.
5. Jika ada yang menempah, petugas tidak memberikan izin perpanjangan. Untuk melaksanakan prosedur perpanjangan masa pinjam di perlukan :
a. Kartu pinjam
b. Kartu buku
c. Stempel tanggal kembali
Perpanjangan masa peminjaman dilakukan berdasarkan jangka waktu tersendiri lazimnya buku hanya boleh di perpanjang selama dua kali. Perpanjangan bahan pustaka yang di pinjam dilakukan peminjaman dengan cara datang langsung ke perpustakaan dengan membawa bahan pustaka yang dipinjam dan melapor kepada petugas perpustakaan bahan pustaka yang akan dipinjam.
5. Penagihan
Berdasarkan Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 83) “Bila pengguna tidak mengembalikan bahan pustaka pada waktunya perpustakaan akan menagih buku agar segera di kembalikan”. Menurut Syahrial-Pamundjak (2000 : 97 ) Prosedur penagihan bahan pustaka sebagai berikut :
1. Petugas memeriksa keterlambatan pengembalian berdasarkan tanggal kembali bahan perpustakaan, pekerjaan ini harus di lakukan setiap hari.
2. Petugas membuat surat penagihan rangkap dua, Lembar pertama dikirimkan kepada peminjam, sedangkan lembar kedua disimpan sebagai pertinggal.
3. Bila bahan di kembalikan setelah ditagih, petugas memprosesnya berdasarkan proses pengembalian.
6. Sanksi
Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 83) pemberian sanksi adalah “Suatu kegiatan/tugas pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pemerikasaan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna serta pemberian sanksi atas pelanggaran tersebut”. Pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna perpustakaan dapat berupa :
1. Terlambat pengembalian bahan pustaka.
2. Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak.
3. Membawa bahan pustaka tampa prosedur yang berlaku.
4. Menghilangkan bahan pustaka.
5. Melanggar tata tertib perpustakaan.
Dalam buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud ( 2004 : 84) ada  beberapa jenis sanksi yang dikenakan kepada pengguna antara lain:
a. Denda
b. Sanksi administrative, misalnya tidak boleh meminjam bahan perpustakaan dalam waktu tertentu
c. Sanksi akademik, berupa pembatalan hak dalam kegiatan belajar mengajar.
Prosedur yang ditempuh yaitu :
a. Petugas menetapkan tingkat pelanggaran pengguna.
b. Berdasarkan tingkat pelanggaran tersebut, petugas menetapkan sanksi
c. Untuk sanksi administrative, petugas langsung menyelesaikan menurut peraturan perpustakaan
d. Untuk sanksi akademik, kepala perpustakaan mengusulkannya kepada pimpinannya perguruan tinggi agar memberi sanksi kepada pengguna tersebut.
7. Bebas Pustaka
Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 85) “Surat keterangan bebas pustaka diberikan kepada pengguna sebagai bukti bahwa ia tidak mempunyai pinjaman atau kewajiban lain kepada perpustakaan”. Pemberian surat keterangan bebas pustaka dimasuksudkan agar koleksi terpelihara dan pengguna mematuhi peraturan perpustakaan.
Pemberian surat bebas pustaka memiliki fungsi untuk mencegah atau menekan kemungkinan hilangnya bahan-bahan pustaka karena mahasiswa telah menyelesaikan studi atau staf/pegawai administrasi pensiun.
Menurut Syahrial-Pamundjak (2000 : 97) prosedur pemberian surat keterangan bebas pustaka dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengguna yang membutuhkan tanda bukti bebas pustaka menyerahkan tanda pengenal.
2. Petugas mengambil kartu peminjaman berdasarkan pada nomor anggota yang tertera pada tanda pengenal.
3. Petugas memeriksa ada tidaknya peminjaman yang belum di kembalikan pada kartu peminjaman.
4. Kartu peminjaman yang menunjukkan bahwa pengguna tidak mempunyai peminjaman distempel pada bebas pustaka.
5. Petugas memeriksa tanda bukti bebas pustaka dengan identitas pengguna.

2). Layanan Referensi
Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna perpustakaan atau masyarakat yang ingin menemukan informasi secara tepat dan tepat dari koleksi yang ada di perpustakaan. Kegiatan dilakukan dengan cara menjawab langsung pertanyaan penguna perpustakaan atau dari masyarakat dengan menggunakan sumber/koleksi rujukan yang tersedia.
Menurut Darmono (2001 : 141) layanan referensi atau layanan rujukan adalah “Layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi – koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat”. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat. Apabila pengguna datang ke perpustakaan petugas dapat membimbing pengguna tentang cara – cara memakai koleksi rujukan. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan Khusus (1999 : 40) mengatakan bahwa hal – hal yang harus diperhatikan dalam layanan referensi adalah :
1. Keberadaan sumber – sumber informasi sekunder dan informasi strategis
2. Kepiawaian petugas dalam menguasai koleksi dan teknik penelusuran
3. Pemahaman dan penerapan etika berkomunikasi bagi para petugas jasa
4. Prinsip layanan prima / kepuasan klien sebagai tujuan.
Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi ( 2004 : 87 ) setiap jenis koleksi referensi dapat dibedakan menurut sifat informasinya yaitu :
a. Kamus
Merupakan bahan referensi yang berisi daftar kata-kata terpilih dari satu bahasa yang di susun menurut abjad,setiap kata disertai dengan penjelasan,mengenai artinya, cara mengucapkannya, ejaan, cara memakainya, asal katanya dan keterangan lainnya yang berhubungan dengan kata-kata tersebut.
b. Ensiklopedi
Bahan rujukan yang berisi uraian mengenai siapa, apa, bilamana, untuk apa, bagaimana, mengapa, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin ada dalam benak pengguna.
c. Buku Tahunan ( Almanak )
Memuat ringkasan data mengenai Negara, orang berprestasi dalam berbagai kegiatan, kejadian penting, dan sebagainya yang terjadi dalam jangka waktu satu dua tahun yang disertai dengan statistik.
3). Layanan Ruang Baca
Layanan ruang baca adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.
“Layanan-layanan tersebut sebagai contoh layanan perpustakaan secara umum, jadi untuk perpustakaan khusus tidak sebanyak itu, maksudnya layanan di perpustakaan khusus sesuai kebutuhan dari perpustakaan khusus itu sendiri. untuk membahas butuh tambahan waktu, karena pada kali ini kita hanya membahas Layanan Perpustakaan Khusus”.























KESIMPULAN


Perpustakaan khusus sebagai perpustakaan yang menyediakan koleksi khusus dan melayani instansinya. Pelayanan perpustakaan khusus pada dasarnya sama seperti pelayanan perpustakaan pada umumnya, namun tergantung kebutuhan dari pengguna atau intansinya.
Layanan perpustakan khusus sama seperti layanan perpustakaan lainnya, dapat dibuktikan bahwa perpustakaan khusus juga mempunyai Layanan Sirkulasi, Layanan Refrensi dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Demikianlah kesimpulan ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.



















DAFTAR PUSTAKA


F. Rahayuningsi. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jonner, Hasugian. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press.
Lasa, HS. 1994. Jenis-jenis Pelayanan Informasi di Perpustakaan.  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
No name, Artikel Jeni-Jenis Perpustakaan.
No name. Tinjauan Pustaka.
Saefudin dkk. Pembinaan Perpustakaan Khusus Institut Pertanian: Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 2, 2007.
Sulistyo Basuki, 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sumardji, P. 1992. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta : Kanisius.
Tjitropranoto, P. 1983. Kerja sama perpustakaan dan jaringan informasi. Yogyakarta: Prosiding Kongres Ikatan Pustakawan Indonesia.

Zakia Lubis, Harum. Jenis-jenis Perpustakaan Umum, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Khusus. http://harumzakiahlubis.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-perpustakaan-umum-sekolah.html , diakses 06-06-2014.
Zarq, Dasar-dasar Layanan Perpustakaan,


[1]Harum Zakia Lubis, Jenis-jenis Perpustakaan Umum, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Khusus.http://harumzakiahlubis.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-perpustakaan-umum-sekolah.html , diakses 06-06-2014.
[2] F. Rahayuningsi, Pengelolaan Perpustakaan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. h. 86-87.
[4] Zarq, Dasar-dasar Layanan Perpustakaan, http://zharq.blogspot.com/2010/03/dasar-dasar-layanan-perpustakaan.html, diakses 06-06-2014.

[5] Lasa, HS. Jenis-jenis Pelayanan Informasi di Perpustakaan.  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994. h.?
[6] No name, Tinjauan Pustaka,

1 comment:

  1. wow. terima kasih atas postingannya.
    sungguh menginspirasi banyak orang. topp markotop.

    ReplyDelete