PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi di bidang perpustakaan
yang lebih dikenal dengan istilah otomasi perpustakaan sudah menjadi suatu
tuntutan sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi/informasi
dan tuntutan pengguna perpustakaan. Pada dasarnya perkembangan tersebut lebih
merupakan perwujudan keinginan pengguna perpustakaan dalam memperoleh informasi
yang lebih cepat dan komprehensip untuk memperlancar kegiatan aktifitas
penggunanya. Oleh karena itu apabila perpustakaan tidak iingin ditinggalkan
oleh penggunanya, maka perpustakaan wajib meningkatkan kemampuan layanannya
baik dari segi sumberdaya manusia maupun infrastrukturnya. Perpustakaan digital
merupakan salah satu aspek dalam kegiatan otomasi perpustakaan secara keseluruhan.
Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan perkembangan media informasi
dalam perpustakaan, yaitu perpustakaan tradisional, perpustakaan hibrida,
perpustakaan digital dan perpustakaan virtual atau maya. Istilah tersebut
timbul sebagai akibat dari masuknya TI dan komunikasi ke dalam dunia
pengelolaan perpustakaan dan memanfaatkan TI sangat memerlukan jaringan
komputer sebagai pendukung prosesnya.
PERPUSTAKAAN
DIGITAL: JARINGAN KOMPUTER DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI INFORMASI
1)
PERPUSTAKAAN DIGITAL
A. Pengertian
Perpustakaan Digital
Sebelum memahami apa itu
perpustakaan dijital, kita ketahui terlibih dahulu apa itu perpustakaan?
Menurut Rahayuningsi, [1]
Perpustakaan adalah suatu kesatuan unit
kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian pengembangan koleksi,
bagian pengolahan koleksi, bagian pelayanan pengguna, dan bagian pemeliharaan
sarana- perasarana. Perpustakaan digital atau dalam bahasa Inggrisnya ialah
digital library atau electronic library atau virtual library adalah perpustakaan
yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang
bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis
perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro
(microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari
perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan
secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan
mudah lewat jaringan komputer. Perpustakaan Digital merupakan bagian sebuah
jaringan kerja (network). Secara
Teoretis, pemakai dapat memperoleh salinan digital sebuah dokumen dari manapun
juga, asal saja tak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan sosial. Definisi
singkat dari perpustakaan digital adalah bentuk perpustakaan yang keseluruhan
koleksinya memakai format digital yang disusun dalam sebuah arsitektur
komputerisasi. Arsitektur ini disusun dalam sebuah proyek yaitu proyek
perpustakaan digital.
Penelitian proyek perpustakaan
digital menggunakan WWW (World Wide Web) yang dihubungkan dengan jaringan
internet sebagai media penyalur informasi utama. WWW memiliki banyak kelebihan
yang didukung berbagai macam protokol komunikasi (contoh : HTTP Istilah
perpustakaan digital tidak mudah didefinisikan ketika sejumlah ilmuwan dan
profesional mengajukan definisi yang berbeda dengan bersandar pada sudut
pandang dan setting keilmuan mereka masing-masing. Permasalahan ini diakui oleh
Haigh yang mengutarakan bahwa tidak ada sebuah definisi tunggal mengenai apa
sesungguhnya yang dimaksud dengan perpustakaan digital (“there is not one
single definition of what digital library is.”) Sejalan dengan gagasan
tersebut. Cool menggarisbawahi bahwa tidak ditemukan satupun definisi yang
dapat disepakati apa sebenarnya perpustakaan digital itu (“there is no single
agreed upon definition of what constitutes a digital library”). Untuk
memperjelas kesulitan dalam mendefinisikan istilah perpustakaan digital
sebagaimana disebutkan sebelumnya, berikut diberikan beberapa pendapat dari
pakar di bidang perpustakaan dan informasi :
1.
William Arms mendefinisikan perpustakaan digital sebagai “kumpulan informasi
yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses lewat jaringan.” Dia
menyebutkan beberapa keuntungan berkaitan dengan perpustakaan digital. Pertama,
karya-karya ilmiah dapat ditulis dengan mudah. Kedua, perpustakaan-perpustakaan
dapat menjaga dan memelihara koleksi-koleksinya dengan murah dan mudah. Ketiga,
dimungkinkan sebagian besar orang berkomunikasi dengan cara yang mudah, murah,
dan cepat. Ini dapat terealisir dengan adanya e-mail dan internet. Semua hal
tersebut menunjukkan bahwa informasi digital dapat diperoleh dengan mudah kapan
saja.
2.
Fecko memandang bahwa perpustakaan digital menawarkan keuntungan-keuntungan
yang cukup besar dan pemanfaatannya dipandang sebagai wilayah uji-coba yang
menantang dan sangat berguna. Beberapa keuntungan yang disebutkan itu
memberikan wawasan baru dalam pengembangan perpustakaan. Pertama, perpustakaan
digital menciptakan dimensi baru dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan karena
pengguna melakukan penelusuran sejumlah besar informasi dengan cepat. Kedua,
dari sisi koleksi, perpustakaan digital dapat menolong memperkecil
batasan-batasan antara informasi “kaya” dan “miskin” lewat pemberian akses
universal terhadap informasi. Ketiga, koleksi digital mendorong pengguna untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran karena mereka dapat mencari langsung
informasi yang diperlukan dari pada harus mengakses sejumlah besar informasi pemanfaatannya
masih merupakan kemungkinan.
Dengan demikian, hak-hak peminjaman
dan lokasi fisik tidak lagi dipandang sebagai persoalan. Kelima, perpustakaan
digital menyediakan fungsi utama karena melayani sumber-sumber informasi dalam
format dokumen dan multimedia. Dokumen-dokumen tersebut dapat ditambahkan dan
ditemukan-kembali dari perpustakaan. Selanjutnya, Michael Lesk mengajukan
definisi perpustakaan digital sebagai kumpulan informasi baik yang dihasilkan
lewat digitalisasi maupun pengorganisasian, memberikan kita kemampuan yang
belum pernah diberikan perpustakaan tradisional (“a collection of information that is both digitized and organized,
gives us powers we never had with traditional libraries”). Dia menyebutkan
bahwa membangun perpustakaan digital tidak hanya persoalan menimbun informasi
dalam harddisk, namun perpustakaan digital itu melibatkan pennciptaan semua
penataan mesin dan manusia, mungkin juga budaya, dimana orang-orang dapat
menemukan informasi dan menggunakannya. Dengan demikian, dia menegaskan bahwa
perpustakaan digital tidak akan ada gunanya jika pengguna tidak menggunakan dan
memanfaatkannya.
B. Sejarah
Singkat Pengenalan Terhadap Perpustakaan Digital
Sejarah singkat pengenalan terhadap
Perpustakaan Digital yaitu : 1. Sebelum tahun 1960: Perpustakaan Tradisional.
2. Pertengahan tahun 1960-1988 : perkembangan teknologi informasi dan jaringan
yang dapat mengolah dokumen menjadi lebih mudah dan efisien dengan menggunakan
perangkat lunak pengolah kata. Perpustakaan masih berkembang semi modern dengan
menggunakan katalog indeks. Gambar: Perpustakaan semi Modern menuju
Perpustakaan Digital. 3. Tahun 1990: berkembang teknologi internet yang mampu
mengakses informasi dengan cepat. Katalog mengalami metamorfosis menjadi
katalog elektronik yang lebih mudah dan lebih cepat dalam pencarian kembali
koleksi yang disimpan di perpustakaan. 4. Tahun 1991: Proyek TULIP (The
University Licensing Project), kerjasama beberapa universitas di Amerika dengan
perusahaan Elsevier Science, meneliti tentang sistem pengumpulan dan
penyimpanan data serta teknik pengaksesan perpustakaan digital. 5. September
1995: Proyek NSF/ ARPA/ NASA merupakan lanjutan penelitian Proyek TULIP.
Istilah perpustakaan digital digunakan untuk pertama kali dalam bidang
pendigitalan dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital.[2]
C. Keunggulan,
Manfaat, Dan Konsep Perpustakaan Digital
a.
Keunggulan
perpustakaan digital sebagai berikut:
1.
Menghemat
ruang
2.
Akses
ganda
3.
Tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu
4.
Koleksi
dapat berbentuk multimedia
5.
Biaya
lebih murah
Keunggulan Perpustakaan Digital
lainnya adalah Layanan jarak jauh (Long
distance service), akses yang mudah, murah (cost effective), pemeliharaan koleksi secara digital, jawaban yang
tuntas, dan jaringan global.
b.
Manfaat
perpustakaan Digital
Manfaat perpustakaan Digital
diantaranya : 1. Sebagai sumber pengetahuan 2. Media penyebaran pengetahuan 3.
Untuk penyimpanan (repository) 4.
Untuk perawatan (Preservasi) 5. Media
promosi 6. Mencegah duplikasi.
c. Konsep Perpustakaan Digital
diantaranya:
1.
Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang menciptakan sumber-sumber
digital yang berasal dari dari koleksinya sendiridan menyediakannya untuk dapat
diakses secara online untuk para pengguna virtual.
2.
Perpustakaan digital berbeda dengan system temu kembali informasi (Information
Retrieval System) karena perpustakaan digital mencakup lebih banyak jenis
media, menyediakan kegunaan dan layanan tambahan dan mencakup jenis-jenis lain
dari siklus hidup informasi, dari penciptaan hingga penggunaan.
3.
Perpustakaan digital adalah koleksi sumber-sumber elektronik yang menyediakan
akses langsung atau tidak langsung kepada koleksi dokumen yang diolah secara
sistematis.
4.
Perpustakaan digital adalah koleksi dokumen dalam bentuk elektronik yang
terorganisir, tersedia baik di internet maupun CD-ROM. Pada internet, pengguna sebuah
perpustakaan digital ditingkatkan dengan koneksi yang lebih luas.
5.
Perpustakaan digital adalah sarana untuk mengelola pengetahuan / informasi
dalam format digital yang memungkinkan antar muka pengguna secra interaktif dan
mendukung pengajaran, riset dan pendidikan seumur hidup. [3]
D. Perbedaan
Perpustakaan Biasa dengan Perpustakaan Digital dan Perpustakaan Masa Depan
a.
Perbedaan
perpustakaan biasa dan Perpustakaan Digital
Perbedaan yang paling menonjol
antara perpustakaan biasa dengan perpustakaan digital yaitu koleksi digital
tidak harus berada disebuah tempat fisik, tidak lagi diukur berdasarkan jumlah
dan karakter koleksi melainkan lebih berdasarkan luas cakupan jaringan informasi
yang terbentuk oleh jasa yang disediakannya. Konsep Perpustakaan Digital Dalam
definisi yang dikemukakan Digital Library Federation bahwa perpustakaan digital
masih mengandung konsep awal dari kepustakawanan. Hal ini tercermin dalam
kata-kata memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga
integritas, dan memastikan keutuhan karya. Kesemua kegiatan ini dilakukan oleh
perpustakaan dan berbagai institusi lain seperti pada lembaga arsip,
dokumentasi, dan museum sejak manusia mengenal kehidupan yang berbasis buku dan
dokumen dalam arti luas. Perkembangan teknologi informasi yang mulanya dimotori
oleh adanya teknologi komputer ini kemudian menjadi kata lisator.
Perkembangan ini kemudian
mempercepat dan mengubah berbagai praktek penting di dalam bidang perpustakaan,
informasi dan dokumentasi. Secara sistemik telah terjadi pula perubahan dalam
cara masyarakat memandang teknologi informasi, dari yang semata-mata hanya
memusatkan perhatian pada peran teknologi dalam hubungan antar manusia sebagai
anggota masyarakat yang semakin lama semakin intensif menggunakan informasi
dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Berdasarkan pada sudut pandang diatas
maka perpustakaan digital dinilai sebagai sebuah system sosio-teknik yang
memperlihatkan betapa perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi pada
umumnya, dan teknologi digital pada khususnya, bersinggungan dengan aspek
organisasional dan aspek social masyarakat yang menggunakannya. Dengan kata
lain sosio-teknik merupakan pertimbangan antara pemanfaatan teknologi informasi
dan teknologi digital berhubungan dengan aspek organisasi dan social
masyarakat.
b.
Perpustakaan
di masa depan
Perpustakaan di masa depan akan
lebih ditekankan kepada beberapa konsep diantaranya koleksi yang bermuatan
berbentuk terekam digital aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudahan
dan kecepatan akses sistem terpasang atau online dan saling keterhubungan antar
pusat informasi dan pamakai melalui jaringan informasi.
Ciri khas dan arah perpustakaan
dimasa depan ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut :
a.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang menjadi bagian dari
kehidupan budaya masyarakat modern
b.
Perkembangan
teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi secara signifikan dipengaruhi
untuk menunjang kemajuan perpustakaan
c.
Perkembangan
informasi dalam bentuk digital dan elektronik dihimpun sebagai sumber informasi
perpustakaan
d.
Perkembangan
jumlah jenis, dan mutu perpustakaan yang makin merata diberbagai wilayah dan
organisasi
e.
Penampilan,
performa, kinerja dan citra perpustakaan yang makin baik dengan berbagai
fasilitas dan kemudahan .
f.
Jangkauan
layanan yang makin luas keberbagai penjuru wilayah, termasuk perkembangan
jaringan informasi sebagai media akses informasi.
g.
Pengertian,
kesadaran, pemahaman, dan kemampuan menggunakan informasi yang meningkat
dikalangan masyarakat, terutama yang telah mendapatkan beberapa kemudahan
h.
Tumbuhnya
perhatian dan respon dari masyarakat tentang pentingnya layanan perpustakaan
i.
Lembaga
pendidikan yang membuka program perpustakaan dengan berbagai kosentrasi kajian
ilmu makin banyak.
j.
Pengertian,
penghargaan, lembaga yang berkopeten makin besar, sedangkan pemakai perpustakaan
makin luas dan merata.[4]
E. Informasi Diperpustakaan maya (Digital)
Internet sering disebut ornag
sebagai perpustakaan maya, artinya
perpustakaan yang praktis tidak tampak tempatnya, tidak tampak
kinerjanya, tidak tampak tujuannya, tidak jelas manajemennya. Namun internet
mempunyai kelemahan dibandingkan koleksi cetak, berikut kelemahannya:
1.
Internet
memang banyak manpaatnya, meskipun bukan segalanya. Sampai saat ini lebih dari
satu biliun halaman pada web, kita tidak mungkin dapat membancanya semua, bahkan
hanya melihatnyapun tidak mungkin hingga selesai. Memang mempunyai e-jurnal dan e-book tapi
tidak semuanya ditampilkan.
2.
Di
internet memang tidak ada katalog. Sebagai gantinya kita dapat menggunakan
mesin pencarian (search engine) seperti google, yahoo, dan lain-lain. Mencari
informasi di web sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Maka kita perlu
memanfaatkan mesin pencarian itu.
3.
Informasi
yang disajikan internet, biasanya tidak ada kontrol tentang kualitasnya
terutama informasi yang gratis-gratisan, bahkan yang membayarpun tidak
selamanya berkualitas.
4.
Memang
di internet tidak mungkin ada buku atau tulisan lengkap yang baru terbit
ditampilkan secara utuh dan gratis, sebab ini menyangkut hak cipta.
5.
Meskipun
telah ada internet, hingga saat ini perguruan tinggi mana pun masih memerlukan
buku sebagai koleksinya.
6.
Perpustakaan
maya atau dalam hal ini internet tidak akan sanggup melayani semua anggota
masyarakat sewilayah jangkauaan untuk komunitas tertentu.
7.
Internet
memang sangat banyak dan meluas, namun informasinya relatif dangkal. (jarang
ada jurnal yang full text dilayankan secara
gratis, juga buku-buku ilmiah dan buku-buku lain yang
2). JARINGAN KOMPUTER
Jaringan komputer adalah ”interkoneksi” antara 2 komputer autonomous
atau lebih, yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel (wireless). [5]
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari otomasi
perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi
serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain komputer sebagai server dan kien,
Network Interface Card (LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau
radio, dan modem.[6]
Autonomous
adalah apabila sebuah komputer tidak melakukan kontrol terhadap komputer lain
dengan akses penuh, sehingga dapat membuat komputer lain, restart, shutdows,
kehilangan file atau kerusakan sistem.
Dalam defenisi
networking yang lain autonomous dijelaskan sebagai jaringan yang independent
dengan manajemen sistem sendiri (punya admin sendiri), memiliki topologi jaringan,
hardware dan software sendiri, dan dikoneksikan dengan jaringan autonomous yang
lain. (Internet merupakan contoh kumpulan jaringan autonomous yang sangat
besar.)
Dua unit
komputer dikatakan terkoneksi apabila keduanya bisa saling bertukar
data/informasi, berbagi resource yang dimiliki, seperti: file, printer, media
penyimpanan (hardisk, floppy disk, cd-rom, flash disk, dll). Data yang berupa
teks, audio maupun video, bergerak melalui media kabel atau tanpa kabel (wireless) sehingga memungkinkan
pengguna komputer dalam jaringan komputer dapat saling bertukar
file/ data, mencetak pada printer yang sama dan menggunakan hardware/ software
yang terhubung dalam jaringan bersama-sama
Tiap
komputer, printer atau periferal yang terhubung dalam jaringan disebut
dengan ”node”. Sebuah jaringan komputer sekurang-kurangnya terdiri dari dua
unit komputer atau lebih, dapat berjumlah puluhan komputer, ribuan atau bahkan
jutaan node yang saling terhubung satu sama lain.
Secara umum jaringan komputer terbagi menjadi 3 jenis jaringan yaitu
:
1. Local Area Network (LAN)
Sebuah LAN, adalah jaringan yang dibatasi oleh area
yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan, seperti sebuah
kantor pada sebuah gedung, atau tiap-tiap ruangan pada sebuah sekolah. Biasanya
jarak antar node tidak lebih jauh dari sekitar 200 m.
2 Metropolitan Area Network (MAN)
Sebuah MAN, biasanya meliputi area yang lebih besar
dari LAN, misalnya antar gedung dalam suatu daerah (wilayah seperti propinsi
atau negara bagian). Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah
jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu:
jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank didalam sebuah kota besar yang
dihubungkan antara satu dengan lainnya.
3. Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN) adalah jaringan yang biasanya
sudah menggunakan media wireless, sarana satelit ataupun kabel serat optic,
karena jangkauannya yang lebih luas, bukan hanya meliputi satu kota atau antar
kota dalam suatu wilayah, tetapi mulai menjangkau area/wilayah otoritas negara
lain.
Sebagai contoh
jaringan komputer kantor City Bank yang ada di Indonesia ataupun yang ada di
negara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATM Master Card, Visa Card atau
Cirrus yang tersebar diseluruh dunia dan lain-lain.
Biasanya
WAN lebih rumit dan sangat kompleks bila dibandingkan LAN maupun
MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan antara LAN dan WAN kedalam
komunikasi global seperti internet, meski demikian antara LAN, MAN dan WAN
tidak banyak berbeda dalam beberapa hal, hanya lingkup areanya saja yang
berbeda satu diantara yang lainnya.
Selain jaringan tersebut ada
jaringan yang namanya internet. Perpustakaan dapat memanfaatkan jenis jaringan
tersebut misalnya sebagai Penelusuran Informasi Menggunakan Internet. Setelah
kita membaca buku Penelusuran literatur karangan Sri Hartinah,[7]
kepala Perpustakaan Nasional maka kami simpulkan untuk mencari informasi dengan
internet memiliki beberapa cara. Sebelum itu kita pahami arti dari internet
itu, yaitu: sebagai jaringan informasi dunia yang paling luas, sebagai jaringan
komputer global, sebagai alat komunikasi yang sangat kuat, dan internet sebagai
koleksi jaringan komputer nasional, internasional yang membentuk jaringan
global dan untuk komunikasi berbasis komputer.
Penelusuran berbantuan komputer sering disebut dengan penelusuran online
(online searching). Adalah suatu proses interaksi secara langsung terhadap
komputer dalam usaha untuk melacak informasi.[8]
1.
Informasi
dapat ditelusuri dengan memanfaatkan situs WEB
The
World Wide Web (WWW atau disingkat
dengan Web) adalah suatu kumpulan dokumen yang terhubung bersama yang dikenal
dengan sistem Hypermedia. Penggunaan WWW ini dapat dengan mudah mengakses
dokumen teks, gambar, video, dan suara.
2.
Menggunakan
mesin pencari (search engine)
Cara
menggunakannya sebagai berikut:
a.
Pelajari
pengguna search engine yang akan digunakan (bagi pemula)
b.
Tentukan
kata kunci yang mewakili topik yang dicari
c.
Gunakan
operator boolean (and, or, dan not serta potongan istilah) jika diperlukan
d.
Bacalah
indeks dokumen, dan pilih yang paling sesuai dengan topik yang ingin dicari.
e.
Cobalah
menggunakan kata kunci (istilah) lain jika penelusuran tidak menemukan hasil.
f.
Bagi
pengguna yang sudah mahir, sebaiknya melihat review dari masing-masing search
engine sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing search
engine. Dan perlu mengetahui alamat situsnya, misalnya: search engine.com dan
lain-lain.
Salah satu jaringan informasi yang
berkaitan dengan perpustakaan dan koordinasi langung oleh perpustakaan nasional
(sebagai pusat jaringan) adalah jaringan informasi bidang ilmu– ilmu sosial dan
humaniora. Jaringan informasi bidang ilmu sosial dan humaniora dikembangkan
dalam lingkup:
1.
Perpustakaan,
pusat informasi dan dokumentasi yang bergerak dibidang ilmu sosial dan
humaniora dan bidang lain yang relevan yang memberikan jasa penyajian,
penyampaian dan pemasaran informasi kepada masyarakat melalui anggota peserta
jaringan
2.
Sumberdaya
perpustakaan seperti: sumber daya manusia, koleksi, sistem pemasaran, dan
lain-lain
Istilah
jaringan perpustakaan berarti suatu sistem hubungan antar, yang diatur dan
disusun menurut berbagai bentuk persetujuan yang memungkinkan komunikasi dan
pengiriman secara terus menerus informasi bibliografis maupun
informasi-informasi lainnya baik berupa bahan dokumentasi maupun ilmiah. Selain
itu, jaringan perpustakaan juga menyangkut pertukaran keahlian, menurut jenis
dan tingkat yang telah disepakati. [9]
3). PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI
Penerapan atau biasa disebut pengaplikasian teknologi
informasi di perpustakaan, diperlukan perencanaan dan strategi yang matang
serta penyediaan infrastruktur TIK di antaranya adalah perangkat keras berupa
komputer, server, printer, barcode reader, scaner, kamera dijital dan
lain-lain, serta penyediaan perangkat lunak berupa program aplikasi
perpustakaan. Perangkat lain yang dibutuhkan adalah telekomunikasi seperti
telepon, fax, HAB, modem untuk sambungan internet dan jaringan lokal komputer.[10]
Penerapan teknologi informasi di perpustakaan saat ini sudah menjadi ukuran
untuk mengetahui tingkat kemajuan dari perpustakaan tersebut, bukan lagi pada
besarnya gedung yang dipakai, banyak rak buku, ataupun berjubelnya pengguna.
Semakin canggih dan otomatis kinerja perpustakaan maka semakin maju
perpustakaan itu. Alasannya sederhana dengan teknologi informasi maka akan
lebih banyak yang dikerjakan dan dilayani.
A.
Perpustakaan
Berbasis Teknologi Informasi
Pada umumnya, teknologi informasi di
perpustakaan terdiri atas beberapa komponen yaitu:
1.
Perangkat
keras seperti server, modem, scanner,
harddisk, printer, CD Writer, CD-ROM, kamera digital,
dan sebagainya.
2.
Perangkat
lunak seperti database, indexing,
internet, WB, server dan sebagainya
3.
Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mempunyai ketrampilan di bidang teknologi informasi dan
pengetahuan perpustakaan.
4.
Koleksi
perpustakaan yang mengarah pada koleksi elektronik
Walaupun spesifikasi alat yang dibutuhkan oleh perpustakaan
seperti tersebut, namun dalam implementasinya tidak harus memerlukan
keseluruhan alat di atas, mengingat dana yang di alokasikan perpustakaan masih
minim. Untuk itu dalam pengembangan teknologi informasi di perpustakaan dapat
melalui beberapa tahap yaitu komputerisasi perpustakaan, pengembangan koleksi
elektronik, penyediaan sarana dari sumber internet dan koperasi dengan
organisasi perpustakaan local dan luar negeri.[11]
Implementasi teknologi informasi di perpustakaan dapat
mengubah citra perpustakaan. Dahulu kita sering mengenal istilah “perpustakaan
adalah tempat buangan”, “pustakawan adalah hanya seorang penjaga rak saja”, dan
sejenisnya, namun dengan adanya teknologi tersebut citra perpustakaan jadi
berubah, dalam hal ini, kondisi perpustakaan dulu (tradisional) lambat laun
berubah menjadi perpustakaan modern, dimana teknologi informasi menjadi pilar
utama operasional perpustakaan, sehingga akhirnya kita mengenal istilah perpustakaan
modern seperti electronic library, digital library, cyber library, komputerisasi
perpustakaan dan perpustakaan maya (virtual library). Perpustakaan digital (digital library) memfokuskan pada penyediaan layanan bahan pustaka full text berformat digital dan bahan
multi media berbasis web atau CD sedangkan cyber
mengacu kepada kehidupan maya dalam jaringan
komunikasi global. Dari semua istilah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
teknologi informasi merupakan tulang punggung (backbone) bagi perpustakaan modem.
B.
Pustakawan
dan Teknologi Informasi
Salah satu kendala dalam implementasi teknologi informasi
di perpustakaan adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) perpustakaan. Kondisi
SMD perpustakaan di Indonesia pada umumnya adalah secara kualaitas dan
kuantitas masih terbatas, tidak merata dan kurang adanya kreativitas dan
keinginan untuk menekuni profesi secara mendalam. Sementara itu, perpustakaan
berbasis teknologi informasi menuntut SDM (pustakawan) yang memiliki
keterampilan di bidang database, aplikasi perpustakaan, internet, jaringan
serta pengelolaan komputer. Untuk menjaga kualitas SDM, maka pustakawan sebagai
pengelola perpustakaan harus mempunyai persepsi dan meyakini bahwa TI merupakan
bagian penting dalam pengelolaan perpustakaan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka pemberian
pendidikan dan pelatihan (Diklat) tentang teknologi informasi sangat perlu
dilakukan. Tujuan pelatihan atau lokakarya implementasi teknologi informasi di
perpustakaan adalah:
1.
Untuk
memberikan informasi tentang pentingnya teknologi informasi bagi perpustakaan
2.
Untuk
menyediakan akses informasi yang diperlukan bagi kegiatan pendidikan dan
penelitian di perpustakaan.
3.
Untuk
mengimplementasikan sistem informasi perpustakaan.
4.
Untuk
meningkatkan pelayanan dan fungsi tenaga perpustakaan
Dengan pemberian pelatihan atau lokakarya diharapkan staf
perpustakaan mengenai teknologi informasi menjadi meningkat. Di samping itu,
dengan adanya pelatihan atau lokakarya itu, minat para staf terhadap aplikasi
teknologi informasi menjadi tinggi, serta adanya citra (image) pustakawan modern meningkat.[12]
Penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat
difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut.
1.
Teknologi
informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan.
2.
Teknologi
informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan
informasi ilmu pengetahuan dalam format digital.[13]
C. Otomasi
Perpustakaan
Otomasi Perpustakaan (library automation) atau lebih tepatnya
sistem otomasi perpustakaan (library
automation system) adalah seperangkat aplikasi komputer untuk kegiatan di perpustakaan
yang terutama bercirikan penggunaan pangkalan data ukuran besar, dengan
kandungan cantuman tekstual yang dominan, dan dengan pasilitas utama dalam hal
menyimpan, menemukan, dan menyajikan informasi.
1). Fungsi sistem otomasi perpustakaan
1.
Pangkalan
data, khususnya pangkalan data bibliografis, tetapi juga pangkalan data
pengguna dan administrasi.
2.
Sistem
temu kembali informasi, khususnya dalam bentuk katalog.
3.
Fasilitas
dan akses online, khususnya yang memungkinkan intraksi jarak jauh.[14]
Menurut mulyadi,[15]
fungsi dan tujuan sistem otomasi bagi perpustakaan ada dua, yaitu:
1.
Funsi
operasional (substantif) perpustakaan yaitu pengadaan, pengelolaan, dan
pelayanan perpustakaan.
2.
Fungsi
menejerial yang meliputi: kepegawaian, keuangan, humas, perencanaan, analisis
operasional, pengendalian dan pengawasan manajemen, dapat dilakukan secara
terotomasi.
Sedangkan menurut Lasa,[16]
sistem (fungsi) ini terdiri dari: a. sistem pengadaan dengan cara pembelian,
tukar menukar publikasi, membuat sendiri. b. Sistem pencatatan yaitu mencata
semua bahan informasi yang diterima perpustakaan dan perlu direncanakan
terlebih dahulu. Mencatat bisa dalam bentuk buku, kartu, atau softwere tertentu. c. Sistem pengatalogan (OPAC).
2).
Tujuan sistem otomasi perpustakaan juga ada dua, yaitu:
1.
Untuk
memenuhi kebutuhan pemustaka tentang informasi secara lebih cepat, tepat, dan
akurat.
2.
Untuk
memenuhi kebutuhan pengelolah, dan menyajikan koleksi, serta melayani pemustaka
secara lebih efektif dan efesien.
3).
Memulai otomasi
1.
Membuat
suatu studi kelayakan untuk mempertimbangkan dan memutuskan sisitem yang mana
yang akan dipilih. Apakah sistem itu betul-betul sesuai dengan kebutuhan; apakah harga atau biaya bisa dipenuhi dan
disetujui; apakah cukup mudah menggunakannya?
2.
Studi
kelayakan itu bisa dibuat sendiri tetapi sebaiknya didiskusikan dengan bagian
teknologi atau pusat pengelolahan data internal instansi untuk mendapatkan ide
dan pandangan yang lebih mantap.
3.
Teliti
beberapa sistem yang kira-kira akan dapat
memenuhi syarat, dan adakan semacam undangan untuk demo bagi para
supplier yang akan menjual sistem-sistem tersebut.
4.
Perlu
dilakukan peninjauaan ke beberapa perpustakaan di Indonesia bahkan ke Luar
negri, misalnya negara-negara tetangga yang telah lebih maju di bidang
teknologi perpustakaannya seperti singapura dan malaysia.
5.
Menghadiri
seminar tentang teknologi informasi dan otomasi perpustakaan dan mengikuti pendidikan
otomasi perpustakaan dan teknologi di bidang informasi.
6.
Mengevaluaikan
sistem mana yang akan diterapkan.
7.
Memikirkan
langkah selanjutnya bagai mana pelaksanaan penerapannya.
8.
Setelah
dipertimbangkan, adakah kontrak pembelian yang tidak hanya menguntungkan pihak
penjual saja, tetapi juga menguntungkan pihak pembeli dan pengguna sistem. Mencari vendor yang bersedia memberikan jasa
pelayanan jika kurang mengerti dan menjelaskannya.
9.
Menanyakan
beberapa hal tentang komputer di lembaga atau sekolah jika diperlukan.[17]
4).
Resiko otomasi perpustakaan
1.
Kekurangan
sumber daya
Ketergantungan
akan sistem menjadi mutlak. Sering terjadi
ketika pembaharuan sistem yang dipakai ternyata terlalu cepat bagi
perpustakaan, sehingga sukar baginya untuk mengejar kemutakhiran sistem dan
memerlukan tambahan sumber daya yang memadai.
2.
Perubahan
pola organisasi
Dengan
berubahnya alur kerja berdasarkan konsepsi otomasi, dituntut perubahan pola
atau truktur organisasi.
3.
Dampak
pada staf
Banyak
disebut penolakan staf terhadap sistem
otomasi.[18]
KESIMPULAN
Perpustakaan Digital merupakan bagian sebuah jaringan kerja (network). Secara Teoretis, pemakai
dapat memperoleh salinan digital sebuah dokumen dari manapun juga, asal saja
tak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan social. perpustakaan digital
masih mengandung konsep awal dari kepustakawanan. Hal ini tercermin dalam
kata-kata memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga
integritas, dan memastikan keutuhan karya. Kesemua kegiatan ini dilakukan oleh
perpustakaan dan berbagai institusi lain seperti pada lembaga arsip,
dokumentasi, dan museum sejak manusia mengenal kehidupan yang berbasis buku dan
dokumen dalam arti luas.
Dapat
disimpulkan bahwa keuntungan perpustakaan Digital yaitu :
1.
Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perpustakaan tradisional.
2.
Institusi dapat berbagi koleksi digital.
3.
Koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat
lokal. Penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik.
5.
Nilai jangKa panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan
pemeliharaan dan penyampainnya mudah dalam mengakses, memproduksi, dan
menyebarkannya.
6.
mendukung program pendidikan jarak jauh. Mudah, cepat, murah dengan
jangkauan dunia.
Perpustakaan
digital memerlukan jaringan komputer dalam proses kegiatan perpustakaan dan
membantu kelancaran kinerja perpustakaan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan
perpustakaan dan biasanya perpustakaan digital mengenal sisitem automasi
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. Teknologi Informasi. Januari 2013. Diakses jumaat jam 08:00 11
2013.
Herlina. Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Palembang : IAIN raden fatah press. 2006.
Lasa. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media.
Laxman Pendit, Putu. Perpustakaan Dijital. Kesinambungan dan
Dinamika. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. 2009.
_____Perpustakaan Digital : Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi
Indonesia. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2007.
Mulyadi. Otomasi Perpustakaan Berbasis Web. Palembang:
Noer Fikri. 2012
No Name. Jaringan Komputer. http://allexwama.wordpress.com/tag/makalah-jaringan-komputer/.
28-05-2013. Di akses sabtu jam 09:00 2013.
Rahayuningsi, F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2007.
Rimbarawa, Kosam. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: IPI. 2006.
Saleh, Abdurrahman. Pengantar Kepustakaan. Bogor: Sagung
Seto. 2009.
Srihartina dkk. Penelusuran literatur. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka. 2010.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia.
Jakarta: Sagung Seto. 2006.
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Suprianto, Wahyu. dkk. Teknologi Informasi Perpustakaan.
Yogyakarta: Kanisius. 2008.
Supriyanto, Wahyu. Teknologi Informasi Perpustakaan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2008.
Sutarno. Mengenal perpustakaan. Jakarta: Jala Permata. 2006.
Yusup, Pawit M. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi
retrieval. Jakarta: Kencana. 2010.
[1] F. Rahayuningsi, Pengelolaan
Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1.
[2] Putu
Laxman Pendit, Perpustakaan Digital :
Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, (Jakarta : CV.Sagung
Seto, 2007)
[3] No
Name, Perpustakaan Digitl, http://topikperpus.blogspot.com/2012/12/konsep-perpustakaan-digital.html.
jumaat 11 2013.
[4] Sutarno,Ns. Mengenal
perpustakaan, (jakarta:jala permata, 2006) h.63-69
[5] No Name, Jaringan Komputer, http://allexwama.wordpress.com/tag/makalah-jaringan-komputer/,
28-05-2013. Di akses sabtu jam 09:00 2013.
[6] Wahyu Suprianto dkk., Teknologi
Informasi Perpustakaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 33
[7] Srihartina dkk, Penelusuran literatur, Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2012, h. 5.1
[8] Abdul rahman saleh, pengantar kepustakaan, (Bogor: Sagung Seto,
2009), h. 106
[9] Herlina, Ilmu perpustakaan dan informasi,
(palembang : IAIN raden fatah press, 2006) hal.170-174
[11] Siregar, 2004:5
[12]Admin,
Penerapan Teknologi Informasi,
-
Seemoreathttp://perpustakaan.narotama.ac.id/2013/01/12/penerapan-teknologi-informasi-ti-di perpustakaan/#sthash.LN3EBGzY.dpuf, – January
12, 2013Posted in: Article.
[13] Op. Cit. Wahyu Suprianto.
[14]Putu Laxman Pendit, Perpustakaan
Dijital: Kesinambungan dan Dinamika, (Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri, 2009), h.
154
[15] Op. Cit., Mulyadi h. 9-10.
[16] Lasa H S, Manajemen Perpustakaan, (Yogyakarta:
Gama Media, 2005), h. 176-179.
[17] Kosam Rimbarawa, dkk., Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, (IPI:
Jakarta, 2006), h. 207-208
[18] Blasius Sudarsono, Antologi
Kepustakawanan Indonesia, Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 309- 310
No comments:
Post a Comment