PENDAHULUAN
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan
menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul
data harus betul-butul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang salah atau tidak
menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan
penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru. Maka dalam hal ini
memerlukan Instrumen penelitian. Banyak jenis instrumen yang diperlukan dalam
penelitian dan dapat kita gunakan dengan baik hal ini tentunya memerlukan
pemahaman terhadap jenis instrumen penelitian dan berikut kita rumuskan masalah
yang dikaji:
Rumusan masalah:
1. Apa Instrumen Penelitian ?
2. Apa
Saja Jenis-Jenis Instrumen Penelitian ?
3. Bagaimana Penyusunan Instrument ?
4.
Bagaimana Pengadaan
Instrumen, Keampuhan Instrumen ?
5.
Apa Skala Pengukuran ?
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pengertian Instrumen
Penelitian
Instrumen
biasanya dipakai untuk menjelaskan macam-macam alat musik. Sedangkan untuk
kegiatan penelitian orang juga menggunakan istilah instrumen, tetapi arti
konsep insrtumen dalam penelitian adalah alat ukur. Yaitu dengan instrumen
penelitian ini dapat dikumpulkan data sebagai alat untuk menyatakan besaran
atau presentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif. Sehingga
dengan menggunakan instrumen yang dipakai tersebut berguna sebagai alat, baik
untuk mengumpulkan dan maupun bagi pengukurnya.[1]
Instrumen
penelitian pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam yang diamati. Dan digunakan untuk mengukur nialai
variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan
untuk penelitain akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti, bila
variabelnya lima, maka jumlah instrumennya yang digunakan untuk penelitian juga
lima.[2]
Instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dan mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti l;ebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah. Variasi jenis
instrumen penelitian adalah angket, ceklis (check-lish) atau daftar centang,
pedoman wawancara, pedoman pengamatan.[3]
Dari
beberapa pengertian instumen penelitian diatas Jadi kelompok kami menyimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah seseorang untuk mengumpulkan
data dan penelitiannya. seperti soal tes, rambu-rambu pertanyaan, angket dan
lail-lainnya, Sehingga hasilnya lebih baik dan sistematis.
Instrumen-instrumen
yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia
dan telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu
alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu
maka instrumennya adalah thermometer , variabel panjang maka
instrumennya mistar (meteran), dan lain-lainnya.[4]
B.
Jenis-Jenis Instrumen Penelitian
Banyak para ahli menyebutkan jenis instrumen
penelitian misalnya menurut
Suharsini Arikunto,[5] tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok.
a.
Instrumen Tes.
Macam-macam Instrumen tes yaitu:
1. Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus,dll.
2. Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui bakat seseorang.
3. Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk
mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang
dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
4. Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.
5. Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu.
6. Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
Sedangkan
menurut Soetarlina Sukadji,[6] macam
tes meliputi: tes prestasi, tes keperibadian, dan tes bakat. Jadi pada dasarnya sama mengenai macam tes
tersebut, dan dapat kita simpulkan macam tes ini meliputi: Tes keperibadian,
tes bakat, tes intelegensi, tes sikap, tes minat, dan tes prestasi. Macam tes
tersebut dapat digunakan untuk pengukuran dalam penelitian, misalnya tes
keperibadian dirancang untuk mengukur karakteristik individu dalam sejumlah
dimensi dan untuk mengukur perasaan dan sikap terhadap diri sendiri, orang lain
dan berbagai macam aktivitas, lembaga dan situasi.
b.
Instrumen Nontest
Instrumen Nontest terdiri dari:
1.
Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Kuesioner dipandang dari bentuknya maka ada 4:
a) Kuesioner
pilihan ganda
b) Kuesioner
isian
c) Check
list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)
d) Rating-scale
yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.
Keuntungan
kuesioner :
a) Tidak
memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat
dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat
dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.
Kelemahan
kuesioner :
a) Seringkali
sukar dicari validitasnya
b) Walaupun
dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang
tidak betul atau tidak jujur.
c) Waktu
pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang ada yang terlalu lama
sehingga terlambat.
2.
Interview
Interview yang
sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Interview digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Ditinjau dari
pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :
a) Interview
bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan
data apa yang akan dikumpulkan.
b) Interview
terpimpin di mana pewawancara deng membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci.
c) Interview
bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan interview
terpimpin.
Keunggulan
teknik interview adalah:
a) Peneliti
memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relatif
tinggi dari responden
b) Peneliti
dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan
menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan
c) Peneliti
dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi
atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
d) Peneliti
dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner
ataupun observasi.
3.
Observasi
Di dalam
pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini
sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi
dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.
Observasi dapat
di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Observasi
non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak menggunakan instrumen
pengamatan.
b) Observasi
sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman ebagai
instrumen pengamatan.
Sedangkan
observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Sign
system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah
potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel.
Misalnya gur menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada
kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb.
Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian
yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu
periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh
gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b) Category
system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya
pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes
belajar-mengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian
yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid
bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.
Dalam penelitian
pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Observasi
terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di
tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara
responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.
b) Observasi
tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya,
yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang
bersangkutan.
c) Observasi
tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data
dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah
responden.
4.
Dokumentasi
Dalam uraian
tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang
diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga
macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang
(people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita
telah menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dsb.
Metode
dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
a) Pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya.
b) Check-list,
yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam hal ini peneliti
tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
Sedangkan menurut Mardalis,[7]
Jenis Instrumen Penelitian hampir sama, tapi beliau tidak menggolongkan Instrumen
Tes / Instrumen Nontes dan hanya mempunyai jenis Instrumen seperti: Observasi, Wawancara/ Interviu, Angket/ kuesioner dan Pengukuran langsung.
Pengukuran lansung sebagai teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengukur orang/objek yang dipelajari atau diamati
denagan mengunakan berbagai macam alat ukur sesuai dengan objeknya, kemudian
hasil pengukuran tersebut dicatat satu persatu. Kumpulan catatan tersebut
nantinya menjadi kumpulan data yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan.
C. Penyusunan instrument
Dalam
hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancanngan penyusunan instrumen yang
dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Menurut pengertiannya kisi-kisi
adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan
dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrument menunjukkan kaitan antara variabel
yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang
digunakan dan instrumennya yang disusun.
Ada
dua kisi-kisi yang harus disusun oleh
seorang peneliti sebelum menyusun instrumen,
yaitu:
1.
Kisi-kisi umum adalah
kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua
variabel
yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode
dan instrumen yang mungkin dapat dipakai. Yang termuat di dalam kisi-kisi umum
ini baru rancangan ideal. Tentang apakah semua sumber data, metode, dan
insrtumen tetap akan dipakai atau tidak, tergantung dari ketepatan menurut
pertimbangan peneliti.
2. Kisi-kisi
khusus adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan rancangan butir-butir yang akan
disusun untuk sesuatu instrument.[8]
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “tingkat kekayaan” indikator
kekayaannya misalnya: rumah, kendaraan tempat belanja, pendidikan, jenis
makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya.
Untuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya : 1) berapa jumlah rumah,
2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana
kualitas bangunan rumah dan sebagainya. Untuk bisa menetapkan
indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan
yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang
mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin
agar diperoleh indikator yang valid.[9]
Contoh
kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan instrumen pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
variabel
|
Sumber
data
|
Metode
|
Instrument
|
Kualitas
Guru
mengajar
|
-
Guru sebagai pelaku
-
Kegiatan
-
Siswa yang mengalami
|
-
Wawancara
-
Pengamatan
-
Angket/wawancara
|
-
Pedoman wawancara
-
Ceklis
-
Angket dan pedoman
wawancara
|
Kwalitas
siswa
belajar
|
-
Siswa sebagai pelaku
-
Kegiatan
-
Guru yang menangani
|
-
angket/wawancara
-
pengamatan
-
wawancara
|
-
angket dan pedoman
wawancara
-
ceklis
-
pedoman wawancara
|
isi/ hasil
pelajaran
|
-
buku catatan siswa
-
siswa
-
daftar nilai
|
-
dokumentasi
-
tes
-
dokumentasi
|
-
ceklis berisi
rambu-rambu
-
soal tes
-
daftar
|
kondisi ruang/ sarana
|
-
ruang kelas
|
-
pengamatan
|
-
ceklis
|
Tabel 1
Langkah
sesudah kisi-kisi seperti ini terisi adalah mendaftar jenis-jenis instrumen
yang terdapat pada kolom “instrument” jika ternyata:
1.
Terlalu banyak jenis
instrumennya yang diperlikan
2.
Ada instrument yang
tidak efisien, artinya hanya diperlukan untuk mengumpulkan sedikit
data, maka peneliti harus memilih hanya beberapa instrument yang memang sangat
perlu saja. Dalam hal ini mungkin:
a.
Peneliti harus mengubah
metode untuk beberapa sumber data, misalnya dari angket menjadi wawancara
(karena pertanya-annya ternyata terlalu sedikit.
b.
Peneliti terpaksa
mengurangi sumber data, dan mengambil data dimaksud dari sumber lain yang
dipilih.
Jika
pekerjaan ini sudah selesai, langkah selanjudnya adalah membuat kisi-kisi
khusus untuk setiap instrumen, dengan kolom sebagai berukut. Berikut Contoh
Kisi-kisi untuk siswa[10]
Variabel
penelitian
|
Indikator
|
Nomor
pertanyaan
|
Kualitas
guru mengajar
Dan
seterusnya
|
-
Kejelasan menerangkan
-
Pemberian contoh
-
Penggunaan media
-
Interaksi dengan
siswa
|
1
2
3
4
|
Tabel 2
Contoh
judul penelitian dan instumen yang dikembangakan
Judul
penelitian:
GAYA
DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM
KERJA ORGANISASI SEKOLAH
Judul
tersebut terdiri atas dua variabel independen dan satu dependen. Masing-masing
instrumennya adalah:
1.
Instrumen untuk
mengukur variabel gaya kepemimpinan
2.
Instrumen untuk
mengukur variabel situasi kepemimpinan
3.
Instrumen untuk
mengukur variabel iklim kerja organisasi
Supaya
penyusunan instrumen lebih sistematis, sehingga mudah untuk dikontrol,
dikoreksi, dan dikonsultasikan pada orang ahli, maka sebelum instrumen disusun
menjadi item-item instrument maka perlu dibuat kisi-kisi instrumen sepeti pada
contoh diatas.
Selanjudnya
untuk menyusun item-item instrumen maka indikator pada variabel yang akan
diteliti dijabarkan menjadi item-item instrument. Item-item instrumen harus
disusun dengan bahasa yang jelas sehingga semua pihak yang berkepentingan tahu
apa yang dimaksud dalam item instrumen tersebut. Indikator-indikator variabel
itu sering disebut “construct” dari suatu instrumen, yang dalam pembuatannya
diperlukan berbagai konsep dan teori serta hasil penelitian yang memadai.
Berikut
ini diberikan contoh instrument yang diperlukan untuk mengungkapkan variabel
gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan dan iklim kerja organisasi dari suatu
populasi penelitian (misalnya unit kerja tertentu). Item-item setiap instrument
merupakan muatan atau penjabaran dari indikator variabel yang diteliti.[11]
D. Pengadaan Instrumen
Apapila
sudah tersedia instrument yang tersandar, maka peneliti boleh meminjam dan
menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa instrument yang sudah di
standardisasikan antara lain: tes inteligensi, tes minat, tes kemampuan dasar
(tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tesprestasi belajar. Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah:
1. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan
variabel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan
dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan
skala, penyusunan pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan
pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola
jawaban peninjauan saran-saran,dsb.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa
kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Tujuan uji coba
dengan persyaratan jumlah subjek yang berbeda. Uji coba dengan manajerial dan substansial. Uji coba ini lebih
menitikberatkan pada segi teknis. Peneliti menyebutkan tujuan uji coba adalah:
1.
Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah responden tidak
menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
2.
Untuk mengetahui teknik paling efektif
3.
Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam mengisi
angket.
4.
Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dalam angket sudah memadai
dan cocok dengan keadaan di lapangan dan uji coba untuk tujuan keandalan instrumen.
E.
Keampuhan Instrumen
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah
kualitas instrument yang
digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha menyusun instrument
agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua
hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
1. Validitas instrument penelitian.
Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen.
Suatu instrument yang
valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi. suatu instrument dikatan valid
jika instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah
sebagai berikut:
a) Validitas isi, yaitu suatu instrument
dikatakan valid jika sesuai standar isi kurikulum yang berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu validitas yang
didasarkan pada kesesuaian instrument dengan konstruksi teoritik di mana
instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu validitas yang
didasarkan pada kemamapuan instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan
terjadi di masa-masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau
diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan
pada kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan
variable yang dilibatkan.
Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu
a) Validitas internal, yaitu validitas yang
didasarkan pada kesesuainantara bagian-bagian dari instrument terhadap
instrument secara keseluruhan.
b) Validitas eksternal, yaitu validitas yang
didasarkan pada data-data atau informasi lain yang terkait dengan variabel yang
diukur dan yang dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
1. Reliabilitas instrument
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau
tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan reliabel
jika instrument itu memiliki reliabilitas yang tinggi.
Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a) Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas
instrument yang didasarkan pada hasil pencocokan antar bagian-bagian dari hasil
tes. Pengujian relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali
pengetesan atau uji coba.
b) Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada
hasil pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument yang sam
atau dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan hanya
mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.
F. Skala Pengukuran
Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan hasil analisis data, di samping
tujuan ingin dicapai dari analisis data, ada faktor lain yang mempengaruhi
keputusan yang akan diambil kaitannya dengan cara mengukur data tersebut. Dalam
penelitian pendidikan atau social, ada empat macam cara mengukur suatu data
yang sering dijumpai. Keempat macam alat ukur tersebut jika disebutkan dari
cara yang simple atau sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara
mengukur ini dipilih salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner
yang hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
1. Skala nominal
Alat ukur data yang paling sederhana dalam pengukuran data adalah skala
nominal. Skala ini hanya memiliki fungsi yang terbatas yaitu mengidentifikasi
dan membedakan. Contoh aplikasi skala nominal ini, antara lain: hobi olahraga
para mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa Arab IAIN SA Surabaya, maka
alternative jawaban mahasiswa adalah: sepak bola, lari, renang, bola voli,
tenis meja, bulu tangkis, atau jenis olahraga lainnya.
2.
Skala ordinal
Skala ini memiliki fungsi yang lebih baik, jika dibandingkan dengan skala pengukuran nominal. Karena skala ordinal memiliki dua
fungsi, yaitu selain fungsi membedakan juga memiliki fungsi mengurutkan. Contoh
dalam suatu desa, dilakukan penelitian tentang tingkat pendidikan penduduk,
maka alternative jawaban responden diantaranya adalah: SD, SMP,SMA, S1,S2, atau
S3. Data-data ini selain dapat dibedakan juga dapat diurutkan, misalnya SD
urutan ke-1, SMP urutan ke-2, SMA urutan ke-3, S1 urutan ke-4, S2 urutan ke-5,
dan S3 urutan ke-6. Skala ordinal
sering digunakan dalam kegiatan penelitian maupun anlisis kebutuhan. Contoh
yang termasuk skala ordinal misalnya, dalam kuesioner tertutup, responden
disuruh memilih empat pilihan, tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju
(S) samgat setuju (SS) atau dengan pilihan tidak puas (TP), kurang puas (KP),
puas (P), sangat puas (SP).
3.
Skala interval
Skala ini memiliki fungsi pengukuran yang lebih lengkap disbanding skala nominal dan ordinal. Selain memiliki fungsi pembeda
dan fungsi mengurutkan, skala interval juga memiliki fungsi penjumlahan dan
pengurangan. Sebagai contohnya ukuran derajat dalam thermometer celcius 16o+32o
Celcius = 48o Celcius.contoh alat ukur data dengan skala
interval adalah alat suhu manusia, yaitu alat thermometer, baik Fahrenheit,
Celcius, Kelvin, maupun Reamur.alat ukur IQ manusia juga menggunaka alat ukur
interval. Skala ini masih tetap memiliki kelemahan yang disebabkan karena tidak
memiliki titik awal 0. Sehingga data-data dalam skala ini tidak dapat
dibandingkan.
4.
Skala rasio
Jika tiga skala yang diuraikan pada bagian sebelumnya, tidak bisa
dibandingkan, data dengan skala rasio dapat difungsikan sebagai data yang
dapat diurutkan, dapat dijumlah, dikurangi dan dibandingkan. Dapat dikatakan
skala rasio adalah skala yang paling lengkap. Di samping itu, skala rasio juga
memiliki titik awal, yaitu titik sebagai awal pengukuran, sehingga dengan alat
ukur ini sifat-sifat perkalian, pembagian, penjumlahan, danpengurangan dapat
dilakukan terhadap data dengan skala ini. Hampir semua alat di bidng ilmu
pengetahuan alam dan teknologi menggunakan alat ukur rasio. Contoh skala
pengukuran rasio adalah data yang diukur dari alat ukur berat dengan satuan
berat seperti kilo gram, ons, gram, dan semacamnya untuk massa, kilometer,
meter dan semacamnya untuk jarak, meter/detik atau km/jam untuk
kecepatan, jam , menit atau detik untuk satuan waktu, dan sebagainya.
G.
Skala Pengukuran Sikap
Beberapa penelitian pendidikan sering menjadiakan sikap siswa terhadap
suatu mata pelajaran tertentu sebagai variabel penelitian. Untuk mengukur
sikap siswa tersebut diperlukan suatu instrument yang dapat mengukur sikap
siswa. Beberap model pengukuran sikap adalah sebagai berikut:
1. Skala Likert, yaitu skala sikap yang menggunakan 5
pilihan jawaban responden. Kelima itu adalah: Sangat setuju (SS), Setuju (S),
Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Contoh angket
yang menggunakan skala ini telah disajikan pada pembahasan tentang instrument
angket.
2. Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang
menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti antara aktif
dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya.
3. Skala Thurstone, yaitu skala butsikap yang menggunakan
pembobotan butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya
responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang disediakan.
Masing-masing pernyataan sudah diberi skor atau bobot, maka setelah responden
menjawab angket maka skornya sudah dapat ditentukan dengan menjumlah skor dari
5 pilihan atau jawaban yang sudah dipilih.
4. Skala Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat
digunakan untuk mengukur sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari
beberapa sikap. Pada skala ini disajikan beberap pernyataan yang diurutkan
secara hirarkis, untuk melihat sikap tertentu dari responden. Jika responden
member jawaban “tidak” pada butir ke 3 misalnya, maka ia pasti akan menyatakan
lebih dari “tidak” untuk butir-butir berikutnya. Contoh tiga butir pernyataan
yang berurutan adalah sebagai berikut:
1) Belajar
di rumah selama120 menit
2) Belajar di rumah selama 90 menit
3) Belajar dirumah selama 60 menit. Jika siswa memberiak jawaban “tidak” pada nomor 3,
maka dapat disimpulkan bahwa untuk butir ke-2 dan ke-1 lebih dari “tidak”.[12]
RANGKUMAN
Mengenai Instrumen penelitian yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam menentukan Instrumen memerlukan langkah berikut:
a) Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi
subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan
menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
b) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel/ subvariabel/
indikator-indikatornya.
c) Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini
berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan,
banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan
yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya kalau diukur prestasi belajar,
maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal
pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, evaluasi.
d) Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan
jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat dari
yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti
harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban
yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
e) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk
revisi intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji
coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut. Instrumen penelitian
meliputi: Instrumen Tes, Instrumen Nontest: Kuesioner atau Angket, Interview, Observasi, Dokumentasi dan pengukuran langsung.
Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis
(tes-pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti poligraf,
dsb. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada
dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya
mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti. Di samping itu,
orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan” yang secara luwes
dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat dan dapat
mengambil keputusan.
Dalam penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian, menentukan
hipotesis benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena dalam
penelitian kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus
dibuat terlebih dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang
besok akan diajukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Firdanramadhan, Intrumen Penelitian,
Mardalis. 2010. Metode Penelitian:
suatu pendekatanproposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidkan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukadji, Soetarlina. 2000. Menyusun dan Mengevalasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI.
[2]Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidkan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 133
[3]Suharsimi
Arikunto, Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 160
[12] Firdanramadhan, Intrumen Penelitian,http://firdhanramadhansmart.wordpress.com/2011/11/20/instrumen-penelitian/, November - 20 - 2011.
No comments:
Post a Comment